Manusia
sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar.
Kesadaran manusia itu dapat disimpulkan dari kemampuannya untuk berfikir,
berkehendak, dan merasa. Dengan pikirannya manusia mendapatkan (ilmu)
pengetahuan, dengan kehendaknya manusia mengarahkan prilakunya, dan dengan
perasaannya manusia dapat mencapai kesenangan. Sarana untuk memelihara dan
meningkatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika, sedangkan sarana-sarana untuk memelihara
serta meningkatkan pola perilaku dan mutu kesenian, disebut etika dan estetika.
Apabila pembicaraan dibatasi pada logika, hal itu merupakan ajaran yang
menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara tepat dengan berpedoman pada ide
kebenaran.
Apakah sosiologi
benar-benar merupakan suatu ilmu pengetahuan? Sejak mulakala, para pelopor
sosiologi menganggapnya demikian tetapi apakah anggapan tadi benar? Persoalan
tersebut mungkin dapat diselesaikan dengan terlebih dahulu berusaha merumuskan
apakah yang dimaksudkan dengan ilmu pengetahuan (science). Secara pendek dapatlah dikatakan bahwa ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan (knowledge) yang
tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat
diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang
ingin mengetahuinya. Perumusan tadi sebetulnya jauh dari sempurna, tetapi yang
terpenting adalah perumusan tersebut telah mencakup beberapa unsur yang pokok.
Unsur-unsur (elements) yang merupakan
bagian-bagian yabg tergabung dalam suatu kebulatan adalah :
- Pengetahuan (knowledge);
- Tersusun secara sistematis;
- Menggunakan pemikiran;
- Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif).
Sangat penting
untuk diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideas) karena tidak semua buah pikiran
merupakan pengetahuan. Pernah ada buah pikiran yang mengatakan bahwa suatu
pemerintah atau negara tunggal yang mencakup seluruh dunia akan mencegah
terjadinya perang, namun tidak pernah diketahui dengan pasti apakah buah
pikiran tadi benar. Ada pula buah pikiran yang mengatakan bahwa usia lima tahun
merupakan patokan untuk dapat meramalkan apakah seseorang akan menjadi gila
atau tidak dikelak kemudian hari, yang belum pasti benar.
Tidak semua buah
pikiran memerlukan pembuktian akan kebenarannya atau ketidakbenarannya karena
ada buah pikiran yang semata-mata merupakan kelakar dan angan-angan belaka dari
manusia. Namun, buah pikiran dan angan-angan juga merupakan bahan yang berharga
bagi seorang ilmuwan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
Tidak semua
pengetahuan merupakan suatu ilmu. Hanya pengetahuan yang tersusun secara
sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistematika berarti
urutan-urutan yang tertentu unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan sehingga
dengan adanya sistematika tersebut akan jelas tergambar garis besar ilmu
pengetahuan yang bersangkutan. Sistem tadi merupakan suatu konstruksi yang
abstrak dan teratur sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai. Artinya,
setiap bagian dari suatu keseluruhan dapat dihubungkan satu dengan yang
lainnya. Abstrak berarti bahwa konstruksi tersebut hanya ada dalam pikiran dan
tidak dapat diraba ataupun dipegang. Sistem di dalam ilmu pengetahuan harus
bersifat dinamis, artinya, sistem tersebut harus menggunakan cara-cara yang
selalu disesuaikan dengan taraf perkembangan ilmu pengetahuan pada suatu saat.
Ilmu pengetahuan
merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan
kekuatan pikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan
ditelaah dengan kritis. Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk lebih mengetahui
dan mendalami segala segi kehidupan. Pada hakikatnya ilmu pengatahuan timbul
karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu tadi
timbul karena banyak sekali aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia dan
manusia ingin mengetahui kebenaran dari kegelapan tersebut. Setelah manusia
memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, kepuasannya tadi segera di susul lagi
oleh suatu kecenderungan tersebut, yang dapat ditempuh melalui berbagai cara
berikut.
- Penemuan secara kebetulan, artinya penemuan yang sifatnya tanpa direncanakan dan diperhitungkan terlebih dahulu. Penemuan semacam ini, walaupun kadang-kadang bermanfaat, tidak dapat dipakai dalam suatu cara kerja yang ilmiah karena keadaannya yang tidak pasti atau kurang mendekati kepastian. Dengan demikian, datangnya penemuan tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan tidak selalu memberikan gambaran yang sesungguhnya.
- Hal untung-untungan, artinya penemuan melalui cara percobaan-percobaan dan kesalahan-kesalahan. Perbedaan dengan penemuan secara kebetulan adalah pada metode ini manusia lebih bersikap aktif untuk mengadakan percobaan-percobaan, walaupun tidak ada pengetahuan yang pasti tentang hasil-hasilnya.
- Kewibawaan, yaitu berdasarkan penghormatan terhadap pendapat atau penemuan yang dihasilkan oleh seseorang atau lembaga tertentu yang dianggap mempunyai kewibawaan atau wewenang.
- Usaha-usaha yang bersifat spekulatif, walaupun agak teratur, artinya dari sekian banyak kemungkinan, dipilihkan salah satu kemungkinan walalupun pilihan tersebut tidaklah didasarkan pada keyakinan apakah pilihan tersebut merupakan cara yang setepat-tepatnya.
- Pengalaman, artinya berdasarkan pikiran kritis. Akan tetapi, pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin pengalaman tersebut hanya untuk dicatat saja.
- Penelitian ilmiah, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan analisis dan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta masalah yang dosoroti untuk kemudian mengusahakan pemecahannya.
Penelitian secara ilmiah dilakukan manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf keilmuan, yang disertai dengan keyakinan bahwa setiap gejala dapat ditelaah dan dicari sebab akibatnya.
Tags
: definisi ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, pengetahuan, arti pengetahuan,
arti ilmu, apa itu ilmu, apa itu ilmu pengetahuan